Pengertian dan Sejarah.
Jauh sebelum kalijodo biasa juga
ditulis (Kali Jodo) dikenal seperti saat ini, kawasan ini sudah ramai sekitar
tahun 1950an. Hanya saja saat itu namanya masih Kali Angke. Asal muasal
berubahnya nama Kali Angke menjadi Kalijodo tidak bisa dilepaskan dari tradisi
peh cun dan pesta air yang sering diselenggarakan di kawasan tersebut.
Kalijodo sendiri berada di
Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kalijodo
terletak tidak jauh dari BW Hotel di Grogol dan berada di sepanjang sungai
Ciliwung. Akses menuju kalijodo bisa ditempuh dengan mengikuti Jalan
Pesing.
Wacana untuk menggusur Kalijodo
sebenarnya bukan hal yang baru. Ketika Jokowi menjabat sebagai Gubernur Jakarta
2014 silam, ia pernah blusukan bersama wakilnya, Ahok ke kawasan ini. Saat
itu, Jokowi dan Ahok yang mendadak blusukan berdua tidak turun dari mobil
Toyota Hiace B 7059 PPA berpelat merah yang ditumpanginya.
Asal Muasal Nama Kalijodo.
“Dulu disebut peh cun di Kali
Angke, belum Kalijodo. Begitu terkenal, maka dinamailah Kalijodo, karena orang
dapat jodoh di situ,” ungkap Budayawan Betawi Ridwan Saidi seperti dikutip
Kompas.com.
Dalam tradisi China, Peh Cun adalah
tradisi yang diselenggarakan setiap hari 100 penanggalan imlek. Salah satu
tradisi dalam perayaan Peh Cun adalah pesta air. Pesta air itu diikuti oleh
muda-mudi laki-laki dan perempuan yang sama-sama menaiki perahu melintasi Kali
Angke.
Ridwan Saidi mengenang, masa itu
setiap perahu akan berisi tiga sampai empat orang laki-laki atau perempuan. Di
perahu tersebut, si laki-laki akan melihat ke perahu yang berisi perempuan. Jika
laki-laki senang dengan perempuan yang ada di perahu lainnya ia akan melempar
kue yang bernama tiong cu pia. Kue ini terbuat dari campuran terigu yang di
dalamnya ada kacang hijau.
Bagi perempuan yang ditaksir jika
ia senang ia akan melemparkan kue sejenis ke arah laki-laki yang menyukainya.
Dari sinilah kemudian kawasan ini berubah menjadi Kalijodo karena menjadi
kawasan untuk mencari jodoh. Berbeda dengan saat ini, di masa itu Kali Angke
masih jernih. Itulah mengapa walau tradisi ini dilakukan oleh etnis Tionghoa,
tetapi masyarakat umum tetap memadati Kali Angke untuk melihat perayaan
tersebut.
Tradisi Peh Cun dan Imlek sendiri
tidak lagi dirayakan setelah tahun 1958 setelah pemerintah mengeluarkan aturan
tentang hal tersebut. Aturan tersebut dibuat oleh Wali Kota Jakarta Sudiro yang
menjabat diera 1953-1960. Walikota masa itu, jabatannya setara dengan
gubernur di masa kini. Kalijodo menjadi Kawasan Prostitusi, salah satu lokasi
prostitusi yang telah ada di Jakarta sejak abad ke-18 adalah Kawasan Kalijodo.
Salah satu buku yang menggunakan kawasan lokalisasi ini sebagai setting adalah
Ca-Bau-Kan yang ditulis oleh Remy Silado. Bahkan pada bab II, Remy menuliskan
bab khusus tentang Kalijodo.
Berbeda dengan Ridwan Saidi yang
menceritakan asal muasal nama nama Kalijodo berdasarkan pesta air pada tradisi
Peh Cun, Remy Silado dalam novelnya menceritakan jika ca-bau-kan lah yang
kemudian melahirkan istilah ini.
Ca-Bau-Kan sendiri artinya perempuan. Tetapi mengalami
penyempitan makna menjadi perempuan pribumi yang diperbini Tionghoa dalam
kedudukan yang tidak selalu memperdulikan hukum Hindia Belanda. Dan kemudian
menjadi Ca-bo untuk menyebut istilah pelacur.
“Kali jodo selama berabad telah menjadi tempat paling hiruk
pikuk di Jakarta. Di sini, sejak dulu terlestari kebiasaan imigran Tionghoa
menemukan jodoh, bukan untuk hidup bersama selamanya, tetap sekadar berhibur
diri sambil menikmati nyanyian klasik Tionghoa, dinyanyikan para ca-bau-kan,”
tulis Remy Silado.
“Para tauke-tauke yang mengelola ca-bau-kan akan memberi
mereka kostum model opera berbahan sutera dengan warna-warni menyolok disertai
bordir-bordir yang bermutu. Mereka berada di perahu-perahu yang dipasang
lampion Tiongkok, bergerak pelan-pelan di kali itu,” demikian setting novel
Ca-Bau-Kan.
Di perahu itu para Ca-bau-kan menawarkan jasanya dengan
menyanyikan lagu-lagu bersyair asmara dalam bahasa Cia-im. Walaupun ca-bau-kan
ada yang perempuan tionghoa totok, tetapi kebanyakan asli pribumi yang mahir
menyanyikan lagu Tionghoa walaupun tidak mengerti arti nyanyiannya.
Referensi.