Sabtu, 14 November 2015

Ucapan dan Ejaan


1. Ejaan

        Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu:
- Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.
- Aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis.

- Aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

1.1 Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian Dua kaidah tersebut adalah:
- Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.
- Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.

Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain: 
- Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.
- Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.
- Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.
- Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain, misalnya penulisan Jum'at.
Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.
- Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.
- Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya, misalnya Michael dan New York. 

1.2 Aturan Penulisan

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
1.  Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2.  Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
-          Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola.
-          Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi.
-          Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
-          Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
-          Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
3.  Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).

1.3 Penggunaan huruf dan tanda baca

Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, atau bisa dipakai dengan pada singkatan akhir nama orang, atau pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat.

Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Bisa juga untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Dan bisa juga untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Dan dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Dan tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Tanda Pisah (–, —)
Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).

Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.

Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Tanda Kurung ((...))
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Tanda Kurung Siku ([...])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Tanda Petik ("...")
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Tanda Petik Tunggal ('...')
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi  ÷ . Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.




2. Kata dan Pilihan Kata

2.1 Pengertian Kata dan Pilihan Kata

Pengertian Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan  digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).

2.2 Makna Kata

Makna Kata
makna/mak·na/ n 1 arti: ia memperhatikan -- setiap kata yang terdapat dalam tulisan kuno itu; 2 maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan;
-- afektif makna emotif;
-- denotasi Ling makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses, kegiatan;
-- denotatif makna yang bersifat denotasi;
-- ekstensi Ling makna yang mencakupi semua objek yang dapat dirujuk dengan kata itu;
-- emotif Ling makna kata atau frasa yang ditautkan dengan perasaan (ditentukan oleh perasaan):
-- gramatikal Ling makna yang didasarkan atas hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dan kata lain dalam frasa atau klausa;
-- intensi makna yang mencakupi semua ciri yang diperlukan untuk keterterapan suatu kata (istilah);
-- khusus makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu;
-- kiasan makna kata atau kelompok kata yang bukan makna yang sebenarnya, melainkan mengiaskan sesuatu, misalnya mahkota wanita berarti 'rambut wanita';
-- kognitif Ling aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran;
-- konotasi Ling makna (nilai rasa) yang timbul karena adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman pribadi;
-- konotatif Ling makna yang bersifat konotasi;
-- kontekstual Ling makna yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu;
-- leksikal Ling mak-na unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan sebagainya;
-- lokusi Ling makna yang dimaksudkan penutur dalam perbuatan berbahasa;
-- luas Ling makna ujaran yang lebih luas daripada makna pusatnya, misalnya makna sekolah dalam kalimat ia bersekolah lagi di Seskoal (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut) yang lebih luas daripada makna 'gedung tempat belajar';
-- pusat Ling makna kata yang umumnya dapat dimengerti walaupun kata itu diberikan tanpa konteks;
-- referensial Ling makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen; makna denotasi;
-- sempit Ling makna ujaran yang lebih sempit daripada makna pusatnya;
-- suratan Ling makna denotasi;
-- tak berciri Ling makna pusat;
-- tautan konotasi;
-- umum Ling kata atau istilah yang pemakaiannya menjadi unsur bahasa umum;

bermakna/ber·mak·na/ v berarti; mempunyai (mengandung) arti penting (dalam): kalimat itu - rangkap;- berbilang mempunyai (mengandung) beberapa arti.

membermaknakan/mem·ber·mak·na·kan/ v menjadikan bermakna: terampilnya siswa berbahasa Indonesia berarti keberhasilan dalam - pengajaran bahasa Indonesia.

memaknakan/me·mak·na·kan/ v menerangkan arti (maksud) suatu kata dan sebagainya.

2.3 Struktur Leksikal

Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat). Contoh:
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan

Makna leksikal kata-kata tersebut dimuat dalam kamus. Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan). Contoh:
berumah : mempunyai rumah
rumah-rumah : banyak rumah
rumah makan : rumah tempat makan
rumah ayah : rumah milik ayah



3. Kalimat Efektif

3.1 Pengertian kalimat

Pengertian Kalimat Efektif 
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

3.2 Tata cara penggunaan Kalimat Efektif

Kalimat efektif ditulis dengan kaidah yang benar, yaitu :

1). Kalimat harus memiliki subjek dan predikat. kelompok kata kemudian pergi tidur bukan kalimat efektif sebab kalimat itu tidak memiliki subjek; yang ada hanya predikat dan keterangan. Begitu juga kebun luas yang pernah digarapnya bertahun-tahun sampai ia beranak bercucu belum merupakan kalimat. rangkaian itu kata sebenarnya merupakan bagian dari sebuah kalimat. Meskipun terlihat panjang, kelompok kata itu hanya memiliki subjek

2). Tidak boleh hanya berupa klausa bawahan. Karena telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik, atau bahwa dirinyalah yang dianggap paling mampu belum merupakan kalimat. Hal ini karena kelompok kata itu hanyalah klausa bawahan.

3). Pilihan katanya harus tepat. Kalimat ia memandang orang sakit di RSCM, bukan kalimat efektif. Hal ini karena pilihan kata yang digunakan tidak tepat. Seharusnya, kata yang digunakan adalah kata menjenguk, bukanmemandang, menyaksikan, atau menonton . 

Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan_dan_penulisan_kata
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca
http://dedysuardi.blogspot.co.id/2012/02/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://kbbi.web.id/makna
http://bahasaindonesiaanna.blogspot.co.id/2010/05/makna-leksikal-dan-gramatikal.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-kalimat-efektif-aturan-penulisan.html













Tidak ada komentar:

Posting Komentar